DEFINISI
BULLYING,
KATEGORI DAN
KARAKTERISTIKNYA
Ita Mustikasari, 121013003, Sastra
Jepang, Fakultas Ilmu Budaya
Abstrak
Bullying merupakan fenomena yang
umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada bedanya dengan di Jepang,
di Amerika-pun bullying kerap terjadi pada lingkungan pendidikan. Di Jepang, hampir semua orang tahu apa itu bullying, karena
kasus bullying telah banyak terjadi di Jepang. Kategori maupun peyebabnya
beragam, tergantung pada psykologis anak dan lingkungan dimana anak tersebut
tinggal. Bullying tidak sama dengan kenakalan remaja pada umumnya. Bullying
lebih mengarah pada kriminalitas. Korban maupun pelaku bullying menanggung
beban psikologis yang berbeda. Banyak
penelitian dilakukan dan prosentase hasilnya menjurus pada lingkungan sekolah,
baik Sekolah Dasar, Menegah Pertama maupun Menengah Atas. Kebanyakan korban
bullying adalah orang yang lemah. Pelecehan seksual misalnya, eksibisionisme yang dilakukan berulang-ulang, voyeurisme, masalah seksualitas,
dan
seksualitas yang melibatkan kontak fisik, tetapi hal itu terjadi karena tekanan
dari satu pihak saja merupakan sala satu tindakan yang digolongkan dalam
penyebab bullying. Dalam kasus
apapun, pelaku bullying ataupun korban bullying umumnya berada pada tingkatan
yang sama dalam lingkungan pendidikan dan jenis penindasan yang terjadi umunya
beragam.
Key words : Bullying, victims, causes, psychology, bully
Pendahuluan
Orang yang tak bisa mengontrol diri, sering
melakukan kekerasan atau bullying saat anak-anak atau pada masa
remajanya yang dilampiaskan pada orang-orang di sekitarnya. Berbeda dengan
kenakalan remaja pada umumnya bullying
dapat dikategorikan sebagai tindakan kriminalitas. Di Jepang, aksi bullying yang dilakukan oleh remaja
tidak hanya terbatas pada kalangan SD, SMP ataupun tinggkat SMA saja, bahkan
pada tingkat Universitas-pun bullying
sering terjadi. Aksi bullying tidak hanya terjadi di sekolah. Dalam sebuah keluarga aksi
bullying juga kerap dilakukan anak
terhadap saudara-saudaranya. Anak muda zaman sekarang cenderung melakukan bullying agar merasa dirinya kuat,
ataupun sekedar menambah eksistensi anak tersebut. Biasanya, pelaku bullying adalah sebuah kelompok di satu
sekolah. Sasaran mereka adalah adik kelas, ataupun orang yang memiliki
kelemahan fisik dan atau mental, bahkan kakak kelas. Namun bullying pada kakak kelas jarang sekali terjadi.
Artikel
ini membahas tentang definisi, ciri dan seperti apa karakteristik dari pelaku
dan korban bullying menurut pendapat para ahli dalam bidangnya. Lebih
memfokuskan pada pendapat dari bidang kemasyarakatan dan tesis serta beberapa
penalaran umum.
Pembahasan
Definisi
Bullying
dapat terjadi dimana saja. Tetapi menurut survei, bullying kerap terjadi dilingkungan sekolah, umunya dikalangan
teman sekolah. Biasanya bullying
tidak hanya dialami oleh sekelompok anak dilingkungan tertentu saja. Di Amerika Serikat, bullying di kalangan anak dan remaja sering dianggap sebagai suatu yang normal dan merupakan bagian dari tahap anak untuk tumbuh dewasa. Hal
itu terjadi karena beberapa orang menilai bahwa bullying merupakan kenakalan anak-anak yang masih dalam tahap
normal. Tapi, dalam beberapa
tahun terakhir, siswa dan
orang tua di seluruh negeri telah mulai membuat komitmen untuk
menghentikan aksi bullying di sekolah dan dimasyarakat. Bullying
juga bisa menjadi masalah serius jika tidak diatasi secara dini.
Jika diartikan, bully berarti
tindakan mengancam atau mengintimidasi seseorang baik itu lewat kata-kata,
bahkan hingga kekerasan secara fisik. Mengucilkan seseorang juga termasuk salah
satu bentuk bulying. Sangat mudah melihat ciri-ciri korban bully pada anak usia
awal sekolah dasar. Karena pada masa ini adalah masa awal dimana seorang anak
akan memasuki babak baru dalam hidupnya, dan terjun ke masyarakat yang lebih
kompleks.
National Youth Violance Prevention (2002) mendriskripsikan
bahwa:
“Bullying
includes a wide variety of behaviors, but all involve a person or a group
repeatedly trying to arm someone who is
weaker or more vulnerable. It can involve direct attacks (such as hitting,
threatening or intimidating, maliciously teasing and taunting, name-calling, making
sexual remarks, and stealing or damaging belongings) or more subtle, indirect
attacks (such as spreading rumors or encouraging others to reject or exclude
someone).”
Sedangkan
The Departement of Education’s Preventing and Takling Bullying guidance (2011),
mendefinisikan bullying sebagai “Behaviour
by an individual or group, repeted over time, that intentionally hurt another
individual or group either physically or emotionally”.
Kemudian Rena Sampson (2002:2)
mengemukakan “Bullying mempunyai dua kata kunci, yaitu repeated harmful acts dan imbalance of power”. Kemudian Rena juga
menegaskan bahwa, “It involves repeated physical, verbal or psychological
attacks or intimidation directed against a victim who cannot properly defend
him or herself because of size or strength, or because the victim is
outnumbered or less psychologically resilient”.
Dari pendapat
tersebut, dapat kita ketahui bahwa bullying
tidak hanya dilakukan secara tidak sengaja atau dalam kondisi bawah sadar.
Biasanya pelaku bullying melakukan
penindasan terhadap korban karena memang pada dasarnya ada keinginan untuk
melakukan hal tersebut atau pelaku penindasan dalam kondisi psyikologisnya
mengalami gangguan kejiwaan. Beberapa bentuk perilaku bullying yang dicantumkan dalam sumber yang sama, mengatakan bahwa bullying memiliki banyak bentuk atau
variasi dalam pelaksanaannya.
Kategori Bullying
Menurut Rena (dalam Problem-Oriented Guides for Police
Series No.12), Perilaku yang dikategorikan sebagai
tindakan penggencetan antara lain:
·
Pelecehan
seksual
(misalnya,
eksibisionisme
yang
dilakukan berulang-ulang,
voyeurisme, sexual propositioning,
dan seksualitas yang
melibatkan
kontak fisik, tetapi tekanan dari salah satu pihak)
·
Pengucilan
berdasarkan orientasi gender atau seksual.
·
Perpeloncoan
(misalnya,
tingkat SMA
memaksakan
ritual
inisiasi
menyakitkan dan mempermalukan
rekan tim
baru atau mahasiswa baru mereka)
Sedangkan menurut
Peny Roper (dalam “
A guide to dealing with bullying : for parents of disable children” Contact Familly), bentuk
tindakan yang dapat digolongkan sebagai tindakan penggencetan atau bullying antara lain:
·
Tindakan
secara verbal, seperti menyebut nama atau memberi nama julukan yang bersifat
menghina atau menggoda.
·
Tindakan secara fisik, seperti mendorong,
memukul, menendang, merusak barang-barang.
·
Tindakan secara tidak langsung, seperti
menyebarkan cerita mesum, pengucilan dari kelompok persahabatan, membuat rumor
atau gosip.
·
Tindakan secara cyberbullying, seperti intimidasi dengan pesan teks, menelfon
melalui ponsel, e-mail, forum chatting,
website dan instant messaging.
Dalam A
guide to dealing with bullying : for parents of disable children, anak-anak juga bisa mengalami bentuk bullying seperti:
·
Manipulatif
intimidasi, di mana seseorang mengendalikan seseorang
·
Persahabatan
bersyarat, di mana seorang anak berpikir
seseorang menjadi teman mereka tetapi saat diselingi
dengan keramahan yang kerap
kali ada unsur bullying didalamnya.
·
Eksploitatif
intimidasi, di
mana fitur dari kondisi anak digunakan untuk menggertak
mereka.
Karakteristik
Umumnya yang paling lemah yang
menjadi korban, tetapi pada kasus bullying
kriterianya bermacam-macam. Tidak hanya terfokus pada lemah secara fisik, tapi
lemah psikologi-pun tidak menutup kemungkinan seseorang dapat menjadi bahan
atau korban bullying.
Dalam
American Medical Association, Karakteristik umum "passive victims"
adalah korban cenderung berhati-hati,
sensitif, umumnya mereka adalah anak-anak yang merasa tidak percaya diri atau
tidak merasa aman ketika bergaul dengan teman seangkatan (Olweus,
1993a). Mereka sering sangat terisolasi
secara sosial (Nansel et al, 2001;. Olweus, 1993a) dan merasa kesepian (Nansel et al., 2001). Anak
laki-laki yang diganggu sering
secara fisik lebih lemah dari rekan-rekan mereka (Olweus, 1993a).
Sedangkan menurut Rena:
·
Kebanyakan
korbannya adalah siswa di kelas yang sama atau tahun yang sama,
meskipun 30%
korban melaporkan bahwa pelaku bullying itu
lebih tua, dan sekitar 10% melaporkan bahwa korban bullyinf adalah adalah anak-anak yang lebih muda.
·
Tidak diketahui
sejauh mana fisik, mental, cara pandang,
warna kulit, bahasa, tinggi, berat
badan, postur, dan busana memainkan
peran dalam seleksi korban.
Satu penelitian besar menemukan “satu-satunya karakteristik
eksternal... terkait dengan korban adalah bahwa korban cenderung lebih kecil dan lebih lemah dari
rekan-rekan mereka”
Menurut
Ubaydillah, AN (2008: alinea 9) dari penjelasan
sejumlah pakar tentang korban bullying, umumnya para korban memiliki
ciri-ciri "ter", misalnya: terkecil, terbodoh, terpintar,
tercantik, terkaya, dan seterusnya. Di bukunya Barbara Colorosa (The
bully, The bullied, dan The bystander: 2004), ciri-ciri yang terkait dengan
korban itu antara lain:
o
Anak baru di lingkungan itu.
o
Anak termuda atau paling kecil di
sekolah.
o
Anak yang pernah mengalami trauma
sehingga sering menghindar karena rasa takut
o
Anak penurut karena cemas, kurang
percaya diri, atau anak yang melakukan sesuatu karena takut dibenci atau ingin
menyenangkan
o
Anak yang perilakunya dianggap
mengganggu orang lain.
o
Anak yang tidak mau berkelahi atau suka
mengalah
o
Anak yang pemalu, menyembunyikan
perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik perhatian orang lain
o
Anak yang paling miskin atau paling
kaya.
o
Anak yang ras atau etnisnya dipandang
rendah
o
Anak yang orientasi gender atau
seksualnya dipandang rendah
o
Anak yang agamanya dipandang rendah
o
Anak yang cerdas, berbakat, memiliki
kelebihan atau beda dari yang lain
o
Anak yang merdeka atau liberal, tidak
memedulikan status sosial, dan tidak berkompromi dengan norma-norma.
o
Anak yang siap mendemontrasikan
emosinya setiap waktu.
o
Anak yang gemuk atau kurus, pendek atau
jangkung.
o
Anak yang memakai kawat gigi atau
kacamata.
o
Anak yang berjerawat atau memiliki
masalah kondisi kulit lainnya.
o
Anak yang memiliki kecacatan fisik atau
keterbelakangan mental
o
Anak yang berada di tempat yang keliru
pada saat yang salah (bernasib buruk)
Sedangkan
untuk para pelaku, mereka umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
ü
Suka mendominasi anak lain.
ü Suka
memanfaatkan anak lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
ü Sulit melihat
situasi dari titik pandang anak lain.
ü Hanya peduli
pada keinginan dan kesenangannya sendiri, dan tak mau peduli dengan
perasaan anak lain.
ü Cenderung
melukai anak lain ketika orangtua atau orang dewasa lainnya tidak ada di
sekitar mereka.
ü Memandang
saudara-saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai sasaran.
ü Tidak mau
bertanggung jawab atas tindakannya.
ü Tidak memiliki
pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh terhadap akibat dari
perbuatannya.
ü Haus perhatian
Kesimpulan
Bullying tidak sama
dengan kenakalan normal yang dilakukan anak-anak atau remaja pada umumnya. Bullying umunya dilakukan dengan sadar
ataupun tanpa sadar dan tindakan bullying
juga merugikan banyak pihak, baik dalam materi maupun psykologis. Karena bullying merupakan tindakan yang
berdasar psikologi tiap-tiap individu, karakteristiknya pun beragam. Korban
bullying umumnya orang lemah, baik dalam psikologi maupun fisik. Karena
bullying adalah tindakan menyakiti dan melukai psikologi maupun fisik, beberapa
pakar menggolongkan tindakan bullying sebagai suatu tindak kriminal.
0 komentar:
Posting Komentar