About Me

Foto Saya
Itaku801
Selamat.... datang :D Niatnya mau ngomong selamat pagi/siang/sore atau malam, tapi berhubung setiap orang yang berkunjung tidak memiliki pattern khusus dalam konteks waktu, saya ucapkan Selamat Datang ^_^ Blog saya terdiri dari 3 blog yang sama-sama diisi untuk menghabiskan waktu luang... -シンカスガ -Shin Kasuga -Awan Ungu Jika anda penasaran tentang BLOG seperti apa Awan Ungu ini, sedikit omongan.. ini blog tentang pikiran Itak selaku writter.. Penting? jawabnya [Nggak]. Kalo gak baca rugi? jawabnya juga [Nggak]... Trus gunanya apa dong?? hmmm.. apa ya.. share cerita... :D yah begitulah kawan-kawan, ini adalah blog iseng saya..
Lihat profil lengkapku

ChatBOX

Categories

Diberdayakan oleh Blogger.

Blog Pribadi yang isinya seputar Hobby Shin,...

Blogger templates

Facebook : Shin no Da
Twitter : @Shinkasuga
If you have some question, mail me on 'sh117masa@gmail.com' ^_^


Senin, 23 Juli 2012

Gundam UC - Ego Lyrics

Ego by Mika Kobayashi


You can deeply hold your bliss for loneliness
For the perfect smile I smell your ego on the way
It's been since I saw the snow
You've been told before
All the things have gone

You told me, so many mental heavy days
Do the right thing but always wrong eventually
In his arm for dreaming on
But we're not the same
So anymore...

Give me your hand I really need your help
It's not a game
What are you saying?
Trembling in the dark
It's time to find answer
Life for counter by the storm
The wave is all of the world
Have you tried to face your days that you can learn

Ego

Ego

Give me your hand to feel your face so much
It's not a game
What are you saying?
Working in the day
It's time to find answer
Life for counter by your storm
The wave is all of the world
Have you tried to face your days that you can learn

You can deeply hold your bliss for loneliness
For the perfect smile I smell your ego on the way
It's been since I saw the snow
I've been read before
At the end of lines
Read more...
separador

Bullying

DEFINISI BULLYING, KATEGORI DAN KARAKTERISTIKNYA


Ita Mustikasari, 121013003, Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya
Abstrak
Bullying merupakan fenomena yang umum terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Tidak ada bedanya dengan di Jepang, di Amerika-pun bullying kerap terjadi pada lingkungan pendidikan. Di Jepang, hampir semua orang tahu apa itu bullying, karena kasus bullying telah banyak terjadi di Jepang. Kategori maupun peyebabnya beragam, tergantung pada psykologis anak dan lingkungan dimana anak tersebut tinggal. Bullying tidak sama dengan kenakalan remaja pada umumnya. Bullying lebih mengarah pada kriminalitas. Korban maupun pelaku bullying menanggung beban psikologis yang berbeda. Banyak penelitian dilakukan dan prosentase hasilnya menjurus pada lingkungan sekolah, baik Sekolah Dasar, Menegah Pertama maupun Menengah Atas. Kebanyakan korban bullying adalah orang yang lemah. Pelecehan seksual misalnya, eksibisionisme yang dilakukan berulang-ulang, voyeurisme, masalah seksualitas, dan seksualitas yang melibatkan kontak fisik, tetapi hal itu terjadi karena tekanan dari satu pihak saja merupakan sala satu tindakan yang digolongkan dalam penyebab bullying. Dalam kasus apapun, pelaku bullying ataupun korban bullying umumnya berada pada tingkatan yang sama dalam lingkungan pendidikan dan jenis penindasan yang terjadi umunya beragam.
Key words : Bullying, victims, causes, psychology, bully

Pendahuluan

Orang yang tak bisa mengontrol diri, sering melakukan kekerasan atau bullying saat anak-anak atau pada masa remajanya yang dilampiaskan pada orang-orang di sekitarnya. Berbeda dengan kenakalan remaja pada umumnya bullying dapat dikategorikan sebagai tindakan kriminalitas. Di Jepang, aksi bullying yang dilakukan oleh remaja tidak hanya terbatas pada kalangan SD, SMP ataupun tinggkat SMA saja, bahkan pada tingkat Universitas-pun bullying sering terjadi.  Aksi bullying tidak hanya terjadi di sekolah. Dalam sebuah keluarga aksi bullying juga kerap dilakukan anak terhadap saudara-saudaranya. Anak muda zaman sekarang cenderung melakukan bullying agar merasa dirinya kuat, ataupun sekedar menambah eksistensi anak tersebut. Biasanya, pelaku bullying adalah sebuah kelompok di satu sekolah. Sasaran mereka adalah adik kelas, ataupun orang yang memiliki kelemahan fisik dan atau mental, bahkan kakak kelas. Namun bullying pada kakak kelas jarang sekali terjadi.
Artikel ini membahas tentang definisi, ciri dan seperti apa karakteristik dari pelaku dan korban bullying menurut pendapat para ahli dalam bidangnya. Lebih memfokuskan pada pendapat dari bidang kemasyarakatan dan tesis serta beberapa penalaran umum.


Pembahasan

Definisi

Bullying dapat terjadi dimana saja. Tetapi menurut survei, bullying kerap terjadi dilingkungan sekolah, umunya dikalangan teman sekolah. Biasanya bullying tidak hanya dialami oleh sekelompok anak dilingkungan tertentu saja. Di Amerika Serikat, bullying di kalangan anak dan remaja sering dianggap sebagai suatu yang normal dan merupakan bagian dari tahap anak untuk tumbuh dewasa. Hal itu terjadi karena beberapa orang menilai bahwa bullying merupakan kenakalan anak-anak yang masih dalam tahap normal. Tapi, dalam beberapa tahun terakhir, siswa dan orang tua di seluruh negeri telah mulai membuat komitmen untuk menghentikan aksi bullying di sekolah dan dimasyarakat. Bullying juga bisa menjadi masalah serius jika tidak diatasi secara dini.
Jika diartikan, bully berarti tindakan mengancam atau mengintimidasi seseorang baik itu lewat kata-kata, bahkan hingga kekerasan secara fisik. Mengucilkan seseorang juga termasuk salah satu bentuk bulying. Sangat mudah melihat ciri-ciri korban bully pada anak usia awal sekolah dasar. Karena pada masa ini adalah masa awal dimana seorang anak akan memasuki babak baru dalam hidupnya, dan terjun ke masyarakat yang lebih kompleks.
National Youth Violance Prevention (2002) mendriskripsikan bahwa:
Bullying includes a wide variety of behaviors, but all involve a person or a group repeatedly trying to  arm someone who is weaker or more vulnerable. It can involve direct attacks (such as hitting, threatening or intimidating, maliciously teasing and taunting, name-calling, making sexual remarks, and stealing or damaging belongings) or more subtle, indirect attacks (such as spreading rumors or encouraging others to reject or exclude someone).
Sedangkan The Departement of Education’s Preventing and Takling Bullying guidance (2011), mendefinisikan bullying sebagai “Behaviour by an individual or group, repeted over time, that intentionally hurt another individual or group either physically or emotionally”.
Kemudian Rena Sampson (2002:2) mengemukakan “Bullying mempunyai dua kata kunci, yaitu repeated harmful acts dan  imbalance of power”. Kemudian Rena juga menegaskan bahwa, “It involves repeated physical, verbal or psychological attacks or intimidation directed against a victim who cannot properly defend him or herself because of size or strength, or because the victim is outnumbered or less psychologically resilient”.
Dari pendapat tersebut, dapat kita ketahui bahwa bullying tidak hanya dilakukan secara tidak sengaja atau dalam kondisi bawah sadar. Biasanya pelaku bullying melakukan penindasan terhadap korban karena memang pada dasarnya ada keinginan untuk melakukan hal tersebut atau pelaku penindasan dalam kondisi psyikologisnya mengalami gangguan kejiwaan. Beberapa bentuk perilaku bullying yang dicantumkan dalam sumber yang sama, mengatakan bahwa bullying memiliki banyak bentuk atau variasi dalam pelaksanaannya.
Kategori Bullying
Menurut Rena (dalam Problem-Oriented Guides for Police Series No.12), Perilaku yang dikategorikan sebagai tindakan penggencetan antara lain:
·         Pelecehan seksual (misalnya, eksibisionisme yang dilakukan berulang-ulang, voyeurisme, sexual propositioning, dan seksualitas yang melibatkan kontak fisik, tetapi tekanan dari salah satu pihak)
·         Pengucilan berdasarkan orientasi gender atau seksual.
·         Perpeloncoan (misalnya, tingkat SMA memaksakan ritual inisiasi menyakitkan dan  mempermalukan rekan tim baru atau mahasiswa baru mereka)
Sedangkan menurut Peny Roper (dalam “ A guide to dealing with bullying : for parents of disable childrenContact Familly), bentuk tindakan yang dapat digolongkan sebagai tindakan penggencetan atau bullying antara lain:
·         Tindakan secara verbal, seperti menyebut nama atau memberi nama julukan yang bersifat menghina atau menggoda.
·          Tindakan secara fisik, seperti mendorong, memukul, menendang, merusak barang-barang.
·          Tindakan secara tidak langsung, seperti menyebarkan cerita mesum, pengucilan dari kelompok persahabatan, membuat rumor atau gosip.
·          Tindakan secara cyberbullying, seperti intimidasi dengan pesan teks, menelfon melalui ponsel, e-mail, forum chatting, website dan instant messaging.
Dalam A guide to dealing with bullying : for parents of disable children, anak-anak juga bisa mengalami bentuk bullying seperti:
·         Manipulatif intimidasi, di mana seseorang mengendalikan seseorang
·         Persahabatan bersyarat, di mana seorang anak berpikir seseorang menjadi teman mereka tetapi saat diselingi dengan keramahan yang kerap kali ada unsur bullying didalamnya.
·         Eksploitatif intimidasi,  di mana fitur dari kondisi anak digunakan untuk menggertak mereka.


Karakteristik                                          

Umumnya yang paling lemah yang menjadi korban, tetapi pada kasus bullying kriterianya bermacam-macam. Tidak hanya terfokus pada lemah secara fisik, tapi lemah psikologi-pun tidak menutup kemungkinan seseorang dapat menjadi bahan atau korban bullying.

Dalam American Medical Association, Karakteristik umum "passive victims" adalah korban cenderung berhati-hati, sensitif, umumnya mereka adalah anak-anak yang merasa tidak percaya diri atau tidak merasa aman ketika bergaul dengan teman seangkatan (Olweus, 1993a). Mereka sering sangat terisolasi secara sosial (Nansel et al, 2001;. Olweus, 1993a) dan merasa kesepian (Nansel et al., 2001). Anak laki-laki yang diganggu sering secara fisik lebih lemah dari rekan-rekan mereka (Olweus, 1993a).
Sedangkan menurut Rena:
·         Kebanyakan korbannya adalah siswa di kelas yang sama atau tahun yang sama, meskipun 30% korban melaporkan bahwa pelaku bullying itu lebih tua, dan sekitar 10% melaporkan bahwa korban ​​bullyinf adalah adalah anak-anak yang lebih muda.
·         Tidak diketahui sejauh mana fisik, mental, cara pandang, warna kulit, bahasa, tinggi, berat badan, postur, dan busana memainkan peran dalam seleksi korban. Satu penelitian besar menemukan satu-satunya karakteristik eksternal... terkait dengan korban adalah bahwa korban cenderung lebih kecil dan lebih lemah dari rekan-rekan mereka
Menurut Ubaydillah, AN (2008: alinea 9) dari penjelasan sejumlah pakar tentang korban bullying, umumnya para korban memiliki ciri-ciri  "ter", misalnya: terkecil, terbodoh, terpintar, tercantik, terkaya, dan seterusnya.  Di bukunya Barbara Colorosa (The bully, The bullied, dan The bystander: 2004), ciri-ciri yang terkait dengan korban itu antara lain:
o   Anak baru di lingkungan itu.
o   Anak termuda atau paling kecil di sekolah.
o   Anak yang pernah mengalami trauma sehingga sering menghindar karena rasa takut
o   Anak penurut karena cemas, kurang percaya diri, atau anak yang melakukan sesuatu karena takut dibenci atau ingin menyenangkan 
o   Anak yang perilakunya dianggap mengganggu orang lain.
o   Anak yang tidak mau berkelahi atau suka mengalah
o   Anak yang pemalu, menyembunyikan perasaannya, pendiam atau tidak mau menarik perhatian orang lain
o   Anak yang paling miskin atau paling kaya.
o   Anak yang ras atau etnisnya dipandang rendah 
o   Anak yang orientasi gender atau seksualnya dipandang rendah 
o   Anak yang agamanya dipandang rendah
o   Anak yang cerdas, berbakat, memiliki kelebihan atau beda dari yang lain 
o   Anak yang merdeka atau liberal, tidak memedulikan status sosial, dan tidak berkompromi dengan norma-norma.
o   Anak yang siap mendemontrasikan emosinya setiap waktu.
o   Anak yang gemuk atau kurus, pendek atau jangkung.
o   Anak yang memakai kawat gigi atau kacamata.
o   Anak yang berjerawat atau memiliki masalah kondisi kulit lainnya.
o   Anak yang memiliki kecacatan fisik atau keterbelakangan mental
o   Anak yang berada di tempat yang keliru pada saat yang salah (bernasib buruk)
 Sedangkan untuk para pelaku, mereka umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
ü  Suka mendominasi anak lain.
ü  Suka memanfaatkan anak lain untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
ü  Sulit melihat situasi dari titik pandang anak lain.
ü  Hanya peduli pada keinginan dan kesenangannya sendiri, dan tak mau peduli dengan  perasaan anak lain.
ü  Cenderung melukai anak lain ketika orangtua atau orang dewasa lainnya tidak ada di sekitar mereka.
ü  Memandang saudara-saudara atau rekan-rekan yang lebih lemah sebagai sasaran.
ü  Tidak mau bertanggung jawab atas tindakannya.
ü  Tidak memiliki pandangan terhadap masa depan atau masa bodoh terhadap akibat dari perbuatannya.
ü Haus perhatian


Kesimpulan

Bullying tidak sama dengan kenakalan normal yang dilakukan anak-anak atau remaja pada umumnya. Bullying umunya dilakukan dengan sadar ataupun tanpa sadar dan tindakan bullying juga merugikan banyak pihak, baik dalam materi maupun psykologis. Karena bullying merupakan tindakan yang berdasar psikologi tiap-tiap individu, karakteristiknya pun beragam. Korban bullying umumnya orang lemah, baik dalam psikologi maupun fisik. Karena bullying adalah tindakan menyakiti dan melukai psikologi maupun fisik, beberapa pakar menggolongkan tindakan bullying sebagai suatu tindak kriminal.
Read more...
separador

EKSISTENSI SEIJIN-SHIKI


EKSISTENSI SEIJIN-SHIKI


Ita Mustikasari, 121013003, Sastra Jepang, Fakultas Ilmu Budaya
 
Abstrak
Upacara kedewasaan adalah acara dimana para remaja secara resi dianggap dewasa. Di Jepang, hal itu ada ketika seseorang telah memasuki usia ke 20. Sejak tahun 1948, upacara ini telah kenal sebagai Seijin-shiki, yang diadakan pada hari Senin diminggu kedua Januari (Sebenarnya sampai tahun 1999, diadakan pada tanggal 15 Januari). Hari itu merupakan  hari libur nasional dan pemerintah daerah umumnya mengadakan beberapa upacara secara bersamaan. Para gadis mengenakan baju tradisional dan yukata. Setelahnya bagi mereka yang telah mengikuti Seijin-shiki diperbolehkan untuk merokok, minum dan mereka mendapat hak untuk memilih. Acara seperti itu jaman dahulu lebih dikenal dengan nama genpuku di kalangan samurai. Gadis jepang memiliki 3 maret sebagai Hina matsuri, sedangkan laki-lakinya memiliki 5 Mei sebagai Tango no Sekku, yang diketahui juga merupakan hari libur nasional dan hari anak, mulai 1948.

Key Words : Genpuku, Seijin-shiki, Tango no Sekku, Ceremony, Tradition.

Pendahuluan
            Seijin-shiki atau upacara kedewasaan, sampai modern ini masih tetap dilakukan. Di Jepang, setiap hari Senin minggu kedua bulan Januari dapat dipastikan pasti hari itu adalah hari libur. Kenapa? Karena pada hari tersebut, Seijin-shiki diadakan.Menurut shukujitsu-ho, Seijin-shiki adalah hari peringatan dimana kaum muda Jepang telah memasuki usia dimana mereka bias mulai belajar mandiri dan sebagai peringatan bahwa mereka sudah mulai beanjak dewasa.
Upacara Seijin-shiki bukanlah upacara pribadi saja,melainkan upacara yang diadakan oleh pemerintah lokal di kota dan di desa-desa. Upacara ini dirayakan untuk meresmikan pemuda-pemudi yang ketika itu genap berumur 20 tahun (Hatachi). Ketika Usia ini, remaja yang telah dianggap dewasa diberi 3 hak istimewa yaitu, boleh merokok, mengkonsumsi minuman beralkohol dan dapat mengikuti pemilihan umum.
Sebenarnya apa arti dari Seijin-shiki? Apakah dizaman modern ini, Seijin-shiki masih kerap diadakan? Artikel ini akan membahas apa sebenarnya Seijin-shiki itu, kemudian bagaimana penerapannya pada zaman modern seperti sekarang ini.
Pembahasan
Secara harfiah, Seijin-shiki berarti upacara kedewasaan. Upacara ini tidak tertutup untuk laki-laki saja ataupun perempuan saja. Untuk laki-laki, upacaranya disebut Tango no Sekku sedangkan untuk perempuan disebut Mogi. Sayangnya, upacara kedewasaan untuk perempuan tidak terlalu dikenal. Saat ini, yang umum didengar adalah Tango no Sekku, tetapi pada Seijin-shiki baik laki-laki ataupun wanita, keduanya ikut melaksanakan pada Senin minggu kedua dibulan Januari.

Dalam “POWE RFULLY S ENT IMENTAL” Saigo–’s Early Years in Satsuma* (2003:13), disebutkan bahwa :


“At age thirteen or fourteen boys began the formal, public transition to adulthood.This was marked by three major rituals: a genpuku ceremony, an audience with the daimyo, and the promotion from chigo to nise. In a genpuku ceremony boys received adult clothing appropriate to their station; chose a new, adult name; and shaved the front of their heads, the forelocks. They grew the rest of their hair long and dressed it in a variety of ponytails, commonly known as topknots. In Saigoμ’s day this hairstyle, originally developed to conform to warrior helmets, was a sign of manhood for both samurai and commoners. A man’s hair immediately marked his sexual status. Shaved forelocks marked an adult man who could initiate sexual activity, either with his wife, a concubine, a prostitute, or a young boy.
Genpuku
Genpuku atau dikenal juga dengan nama Genbuku adalah upacara atau ritual sebagai tanda bahwa usia laki-laki dari kalangan samurai dan bangsawan sudah cukup atau dianggap dewasa. Umumnya laki-laki yang melakukan Genpuku berusia 10 – 16 tahun. Genpuku juga bisa disebut ‘Kakan’ atau ‘Hatsukan’, nama tersebut didapat karena mahkota atau hiasan yang dikenakan diatas kepala pada upacara kedewasaan ini yang disebut kanmuri[1] dikenakan untuk pertama kalinya oleh anak laki-laki yang menjalani upacara kedewasaan ini. Sebenarnya, Genpuku sudah dikenal mulai zaman Heian, tetapi ketika memasuki zaman Meiji, Genpuku sudah jarang dilakukan lagi.
Dalam Early modern japan 'an interdisciplinary journal (2011: 11), menyebutkan :

“In ie directly linked to official state power, such as those of the shogun or daimyo, the coming-ofage ceremony (genpuku) was held during early childhood in order to enable boys to politically and socially quickly reach adulthood. Ordinary commoners’ lives, however, complied with the following lifecycle. A ‘child’ (chigo) before the age of seven (counting in the old customary fashion in which a person was age one at birth) was still considered to belong to the world of the gods (ancestral spirits) but after that was accepted as a fellow member of the human world as a ‘child’ (kodomo). Boys at around the age of fifteen moved from the realm of children to adults based on their ability to do the work of adults.”

         Umumnya, Genpuku dilakukan sebagaai pertanda kedewasaan bagi anak laki-laki yang sudah berusia 15 tahun. Upacara ini dilakukan di depan kuil Shinto milik keluarga. Dahulu, kalangan bawah atau rakyat biasa tidak pernah melakukan upacara ini, karena selain terbeban biaya, upacara seperti ini ahanya populer dikalangan bangsawan dan samurai saja. Untuk pakaian, yang dikenakan ketika menjalani genpuku adalah pakaian yang dianggap sebagai pakaian orang dewasa. Kemudian model rambut ditata dengan model belah tengah yang sebagian lainya diikat menutupi daun telinga. Rambut laki-laki yang telah menjalani Genpuku disebut juga kanmuri shita no motori (digelung diatas kepala). Kemudian syarat lain dari Genpuku adalah harus adanya eboshi-oya atau wali dan wali ini haruslah orang dewasa (jika terpaksa boleh orang yang lebih tua).
Dalam cerita klan Genji (Minamoto) dan Heike (Taira), ada perbedaan cara Genpuku dalam dua keluarga ini. Cara Heike adalah dengan mencukur habis alis mata mereka kemudian wajahnya dirias dengan riasan yang tebal dan alisnya digambar ulang, alis ini disebut hikimayu. Kemudian gigi klan Heike dihitamkan secara keseluruhan atau ohaguro. Sedangkan klan Genji, upacara kedewasaan ala Genji jarang sekali memakai riasan seperti hikimayu atau ohaguro. Setelah genpuku, mereka akan melepas nama kecil mereka kemudian menggantinya dengan imina atau nama kehormatan. Untuk Minamoto no Yoshitsune, nama kecilnya adalah Ushiwaka Maru atau Shanaou.
Baru sejak zaman Muromachi, Genpuku meluas dikalangan rakyat biasa. Anak laki-laki dari kalangan orang biasa, untuk pertama kalinya dipakaikan fundoshi  oleh heko-oya. Sejak zaman Edo, anak perempuan juga mengikuti upacara Genpuku. Usia cukup umur untuk genbuku bagi wanita adalah 18-20 tahun atau lebih muda bila wanita tersebut sudah menikah. Wanita yang menjalani genbuku mengenakan kimono sederhana dengan model rambut marumage. Dibandingkan sebelum Genpuku, rias wajah yang digunakan lebih tebal dari hikimayu. Gigi dihitamkan (ohaguro) dengan bantuan orang yang disebut kane-oya. Bila gigi dihitamkan tetapi alis mata tidak dicukur maka disebut han-genbuku (setengah genbuku). Tradisi ini masih berlanjut di kalangan maiko distrik Gion (Kyoto) dan beberapa kawasan hiburan tradisional di Jepang.
Pada abad 19, perayaan Genpuku  mulai berkurang. Ini karena berubahnya struktur pemerintahan di Jepang saat itu. Pada tahun 1876, orang jepang dianggap dewasa secara hukum saat mereka menginjak usia 20 tahun. Pada masa itu, perayaan hari dewasa belum dirayakan secara formal.


[1] Kanmuri is a traditional Japanese headgear worn by Shinto priests and nobleman as part of a ceremonial dress.



Tango no Sekku.
Dikalangan masyarakat Tionghoa-Indonesia, tanggo no sekku lebih dikenal sebagai Duanwu Jie atau Peh CunTanggo no sekku dikenal juga sebagai hari anak atau Kodomo no Hi, yaitu hari libur bagi anak yang jatuh pada tanggal 5 Mei bertepatan dengan Golden Week. Golden Week adalah hari libur yang dimulai dari ahir April hingga awal Mei. Mulai diperingati sekitar rahun 1948 dan ditetapkan sebagai hari libur nasional Jepang oleh Shikujitsu-hou untuk menghormati keperibadian baru sang anak dan sebagai tanda penghormatan pada sang ibu. Bagi sang ibu sendiri, hari itu digunakan sebagai hari untuk merencanakan kebahagian anak mereka.
            Hari Anak-anak dulu disebut Hari Anak Laki-laki, sehingga hari libur ini pada kenyataanya lebih dihiasai tradisi-tradisi untuk anak laki-laki. Untuk anak perempuan, perayaannya lebih dikenal dengan nama Hina matsuri yang dirayakan dengan hiasan-hiasan bagi wanita yaitu boneka-boneka kecil yang dipajang didalam rumah. Hina Matsuri dirayakan pada tanggal 3 Maret dan pada hari tersebut bukanlah hari libur.
Tradisi kuno Tiongkok mengenal perayaan yang berkaitan dengan musim yang disebut di Jepang sebagai sekku. Sejak zaman dulu, bulan ke-5 kalender Tionghoa diisi dengan kegiatan mengusir roh-roh jahat. Dan tanggal 5 bulan 5 dikenal sebagai Tango no sekku atau disebut juga Duanwu dan merupakan hari untuk merayakan kesehatan dan pertumbuhan untuk anak laki-laki.
Pada Tanggo no sekku, hiasan matsuri yang sangat umu adalah Koinobori. Bentuknya seperti umbul-umbul berbentuk ikan yang dipajang didepan rumah keluarga yang merayakan Tango no sekku dan Kodomo no hi, hal itu bertujuan unutk mendoakan anak agar sukses. Koinobori yang tertiup angin telah menjadi simbol perayaan Hari Anak-anak. Kalau zaman dulu Koinobori berkibar di tengah musim hujan, Koinobori yang sekarang mengingatkan orang Jepang tentang langit biru yang cerah di akhir musim semi.

Seijin no Hi
Pada tahun 1948, perayaan hari menuju kedewasaan Seijin no Hi  dijadikan hari libur nasional oleh pemerintah. Hal ini dilakukan agar kaum muda Jepang dapat menjadi lebih sadar dan bertanggung jawab atas hidupnya. Sejak tahun 1948, Seijin no Hi dirayakan tiap tanggal 15 Januari. Tapi, Sejak tahun 2000 hingga sekarang, Seijin no Hi dirayakan pada hari Senin minggu kedua dibulan Januari.
Orang Jepang yang telah menginjak usia 20 tahun telah dianggap dewasa secara hukum. Pada usia 20 tahun mereka diizinkan merokok, minum minuman keras dan berhak ikut dalam pemilihan umum. Dan jika mereka melakukan perkara kriminal, nama asli mereka boleh diumumkan secara resmi di depan publik. Dapat dikatakan, usia 20 tahun merupakan masa perubahan yang perubahan yang besar bagi orang Jepang.
Yang ingin mengikuti perayaan Seijin no Hi harus sudah berusia 20 tahun sebelum tanggal 20 April pada tahun yang bersangkutan. Biasanya mereka merayakannya di kampung halaman mereka masing-masing. Ada juga yang menggunakan kesempatan ini untuk bertemu kembali dengan teman-teman masa sekolah dulu. Perayaan ini dihadiri oleh walikota. Mereka akan mengucapkan sepatah dua patah kaa sebagai sambutan dan juga memberikan semacam hadiah kenang-kenangan kepada para peserta. Para partisipan laki-laki akan memakai setelan jas ala barat dan yang wanita memakai furisode. Furisode adalah semacam kimono yang memiliki lengan yang panjang dan menjuntai ke bawah. Sebagai aksennya mereka juga mengenakan stola yang terbuat dari semacam bulu-bulu putih. Bagi yang mampu, mereka akan khusus memesan atau membeli furisode. Tapi ada juga yang menyewanya.
Setelah itu mereka akan pergi ke kuil untuk berdoa. Umumnya setiap kuil mempunyai ritual tersendiri dalam upacara Seijin no Hi. Ritual ini di maksudkan agar anak muda Jepang menjadi dewasa dan jadi lebih sabar serta mampu mengendalikan diri dalam menghadapi tantangan hidup.
Setelah mengikuti serangkaian upacara yang melelahkan, mereka akan berfoto-foto bersama. Bahkan ada yang dengan sengaja berfoto di studio foto. Ini adalah kesempatan langka bagi para gadis karena mereka jarang memakai furisode. Ada beberapa orang yang sengaja menyimpan foto saat mereka memakai furisode. Ini untuk berjaga-jaga, kalau di masa datang nanti mereka akan dinikahkan dengan cara Omiai. Sayangnya, seiring dengan semakin majunya zaman, akhir-akhir ini kaum muda Jepang tidak begitu menganggap penting Seijin no Hi. Bahkan dirasa Seijin no Hi adalah acara membosankan dan melelahkan serta menghabiskan banyak uang.


Kesimpulan
Karena adanya perubahan cara pemerintahan, banyak upacara tradisional terhapus dari masyarakat Jepang. Salah satunya adalah Genpuku yang sekarang sudah tidak ada masyarakat jepang merayakannya. Beralih dari Genpuku menjadi Seijn no Hi, upacara tradisional seperti Hina matsuri dan Tanggo no Sekku pun muncul dan dianggap sebagai salah satu acara atau upacara nasionalisme Jepang. Dibuktikan dengan dibuatnya tanggal 5 bulan kelima sebagai hari libur nasional.
Keberadaan upacara-upacara tradisional yang memiliki nilai sejarah adalah sesuatu yang patut dipertahankan. Selain mengajarkan nilai-nilai luhur, acara tersebut juga memberi pelajaran moral tersendiri untuk tiap-tiap individunya. Tetapi seiring berkembangnya zaman, kegiatan-kegiatan tradisional seperti Seijin shiki yang mulai ditinggalkan oleh kalangan muda. Karena dirasa hanya sebagai sarana bersenang-senang yang membosankan dan menghabiskan sejumlah uang, upacara-upacara seperti ini sudah lumayan berkurang peminantnya.

Read more...
separador

徴収一

徴収一
カズキヨネ先生

徴収二

徴収二
Armen Noir

徴収三

徴収三
カズキヨネ先生

Followers

お客ーさま